Menjelaskan Tujuan Pendidikan[1]
Oleh: Muhammad Yusuf Rianto,
Mahasiswa PAI B FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
A.
Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok
dalam kehidupan manusia yang memikirkan bagaimana menjalani kehidupan ini.
Pendidikan sangat berperan penting dalam kehidupan manusia, yakni berperan
dalam mencetak manusia-manusia yang unggul dalam hal ilmu, pemikiran, akhlak,
budi pekerti, budaya, nasionalisme serta keterampilan.
Untuk dapat tercipta dan tercetaknya
manusia-manusia unggul dalam hal yang disebutkan diatas maka dibutuhkan pula
pendidikan yang bermutu. Karena hal ini juga secara langsung ataupun tidak akan
berpengaruh besar terhadap maju-tidaknya suatu bangsa, apabila suatu bangsa
mempunyai pendidikan yang bermutu dan dapat menghasilkan manusia- manusia yang
unggul dan berkualitas lahir dan bathin, otomatis bangsa tesebut akan maju,
damai dan tenteram.
Oleh karena itu
seluruh manusia yang ada dimuka bumi ini sangat membutuhkan akan adanya
pendidikan, apalagi dengan perkembangan zaman yang semakin modern maka akan
semakin dibutuhkan pula pendidikan yang bermutu dan bagus.
Seperti yang kita
ketahui selama ini bahwa pendidikan itu hanya sebagai pertransferan ilmu dari
guru kepada muridnya, dosen kepada
mahasiswanya, Kiayi atau ustadz kepada santrinya dan sebagainya. Namun apa arti
sebenarnya dari pendidikan itu sendiri? Oleh karena itu marilah kita pelajari
dan dalami lebih lanjut apa itu pendidikan?
B.
Pembahasan
Pendidikan merupakan suatu permasalahan yang telah
membuat sibuk para tokoh pemikir serta para pembaharu yang telah tersebar
diseluruh jagat raya ini, bahkan para penulis dan para peneliti sekalipun turut
andil dalam mendefinisikanakan arti dan tujuan dari pendidikan dengan
argumentasi dan pendapatnya masing-masing.
Mahmud Yunus mengutip beberapa
pendapat dari beberapa filsuf yang mendefinisikan arti dan tujuan dari
pendidikan. “Tujuan dari pendidikan adalah peningkatan/pertumbuhan jasmani
serta pemikiran menuju kesempurnaan dan keindahan (Plato)”. Kemudian “Herbert
mengatakan tujuan utama dari pendidikan itu adalah peningkatan akhlak manusia”.
Kemudian “Froble mengengatakan tujuan kita didalam proses pendidikan adalah
pencapaian kepada taraf manusia yang sempurna, dan beliau juga berkata
disekolahnya tujuan kita adalah mencetak generasi-generasi muda yang pemberani
serta memiliki budi pekerti, mempunyai akhlak yang baik, cinta terhadap tanah
airnya serta rela berkorban untuk tanah airnya tersebut, suka bekerja keras,
mandiri, selalu haus untuk mencari ilmu, dan cinta terhadap Allah SWT dan taat
serta patuh terhadap semua perintah dan larangan-Nya sehingga dia menjadi
gambaran sosok malaikat yang berwujud manusia”.[2]
Ini membuktikan bahwasanya pendidikan
itu sangatlah penting dalam setiap kehidupan manusia, bahkan bangsa dan negara.
Setiap bangsa dan negara sangat butuh akan adanya pendidikan untuk para
masyarakat/penduduknya. Karena kemajuan ajan bangsa itu sangat dipengaruhi oleh
pendidikan yang kemudian menjadi dasar pembentukan pola pikir para generasi
penerus yang akan datang. Oleh karena itu, setiap negara berlomba-lomba
membentuk system pendidikan yang bermutu yang tujuannya disesuaikan menurut
kebutuhan dan kepentingan bangsa-bangsa itu sendiri. Jadi, diantara bangsa yang
satu dan bangsa yang lainnya mempunyai system, kurikullum dan tujuan pendidikan
masing-masing.
Proses pendidikan dilakukan tentu
memiliki tujuan. Pemahaman sederhananya adalah”the primary purpose of education is just that, to educate”[3].
Tapi pertanyaannya adalah, Apa yang harus dididik? Dan siapa yang mendidik?
Objek dari pendidikan ini disebut
dengan peserta didik. Peserta didik adalah anggota masyarakat laki-laki maupun
perempuan yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
yang tersedia dalam proses pendidikan. Sedangkan subjek dari proses pendidikan
ini disebut pendidik, adapun pendidik adalah orang laki-laki ataupun perempuan
yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan
yang lebih tinggi. Dengan kata lain pendidik adalah orang yang mampu membawa
peserta didik kearah yang dewasa.
Proses pendidikan bisa terjadi
dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Pendidikan berlangsung dalam
segala lingkungan, baik itu lingkingan yang khusus diciptakan untuk kepentingan
pendidikan maupun yang ada dengan sendirinya. “some do this formally, others informally”[4].
Jadi proses pendidikan itu tidak harus bersifat formal/resmi seperti yang kita
ketahui sebagaimana pendidikan yang diterapkan disekolah-sekolah formal, tapi
bisa juga terjadi secara tidak formal/resmi seperti pendidikan yang diberikan
orangtua terhadap anaknya.
Sosok orangtua sangat penting dan
mempunyai andil dan pengaruh yang paling besar dalam pendidikan serta
pembentukan watak dan pengetahuan anak. Karena orangtua adalah orang yang
sekaligus menjadi guru pertama yang member pendidikan kepada sang anak. Seperti
yang dikatakan oleh Nancy dalam bukunya “you
have been his teacher, you have been answering question and raising new ones.
If he feels that the world and its people are exiting to explore, you have help
him to look outward by your own example”[5].
Setiap orangtua pasti menginginkan
yang terbaik bagi perkembangan sang anak nantinya, diantaranya keinginan bahwa
sang anak selalu sehat, ingin sang anak dapat hidup aktif dan berbaur bersama
teman-temannya, ingin sang anak dapat berfikir secara kritis dan termasuk juga
ingin sang anak dapat berkreasi dengan segala kreatifitasnya sendiri.
Setelah orangtua, lingkungan
masyarakat juga merupakan lingkungan pendidikan nonformal yang memberikan
pendidikan dengan sengaja dan berencana kepada seluruh anggotanya, tetapi tidak
dengan sistematis. Secar umum masyarakat adalah sekumpulan manusia baik itu
laki-laki maupun perempuan yang tinggal didalam satu wilayah dan saling
berinteraksi antar sesama.
Kemudian setelah orang tua dan
lingkungan masyarakat yang menjadi pendidik bagi anak, pada waktunya anak pun
dimasukkan kesekolah. Sekolah adalah lembaga pendidikan yang secara resmi
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja
dan terarah. Sekolah merupakan yang memfasilitasi proses pendidikan, sebagai
sarana yang memfasilitasi dan pencetak bibit-bibit unggul, sekolah harus mampu
untuk menyajikan dan memiliki system dan kurikullum yang sesuai dan bermutu.
Pada zaman sekarang ini, banyak sekolah yang bersaing satu sama lain untuk
meningkatkan system dan kurikullum pendidikannya sehingga “theres so much curriculum”[6].
Sekolah harus mampu membentuk
pribadi anak dengan memperkayanya dengan sumber-sumber kebudayaan manusia,
yakni dengan mengajarkan mata pelajaran-mata pelajaran yang sesuai dan mendidik.
Kurikulum sekolah harus mempunyai nilai-nilai yang berharga dalam kehidupan,
baik itu dari intrakurikulernya maupun ekstrakurikulernya dan sebagainya.
Sekolah melakukan pembinaan
pendidikan kepada peserta didik yang didasarkan atas kepercayaan yang diberikan
oleh orangtua dan masyarakat. Kondisi itu muncul karena keluarga dan masyarakat
mempunyai keterbatasan dalam melaksanakan pendidikan. Karena berbeda dengan
sekolah yang mempunyai dasar pendidikan formal. Tetapi tanggung jawab
pendidikan anak seutuhnya tetap menjadi tanggung jawab orangtua, sekolah hanya
sekedar meneruskan dan mengembangkan pendidikan yang telah diperoleh dari
lingkunga keluarga.
Namun sekolah yang yang merupakan
sarana dan tempat bagi proses pendidikan tidak akan mampu mewujudkan tujuan
pendidikan yang ada dilingkungan sekolah tanpa adanya dukungan dan peran serta
daripada guru-gurunya. Guru adalah orang tua kedua bagi anak setelah orangtua
kandungnya sendiri dalam membimbing dan mendidiknya. Semua orang mungkin bisa menjadi
guru yang hanya mengajarkan pelajaran kepada anak didiknya, akan tetapi untuk
menjadi seorang guru yang sekaligus menjadi seorang pendidik mungkin tidak
semua orang bisa. Setidaknya seorang guru/pendidik haruslah sudah mempunyai
kematangan diri yang stabil, dalam kata lain sudah dapat memahami dirinya
sendiri. Kemudian mempunyai jiwa sosial (bisa bergaul dalam masyarakat luas),
kemudian juga dia sendiri mempunyai
kemampuan untuk mendidik. “Good teachers
are made –not born; and good teachers have the “how to” skill as well as the
“what to” knowledge in their fields”[7]
Perhatian dan kepedulian seorang
pendidik akan peserta didiknya sangat dibutuhkan dalam penerapan pendidikan,
karena kepedulian dan perhatian ini berdampak dan dirasakan langsung oleh peserta
didik. Kalau seorang pendidik sudah menerapkan sikap perhatian dan
kepeduliamnya terhadap peserta didik, maka peserta didikpun akan merasakan kenyamanan dan semangat dalam melakukan dan
mengikuti proses pendidikan ini. Selain itu “relationship
both teacher and the children will need to find out how the others thinks and
feels, what each can do, and how each is likely to behave in particular
situation”[8]
Agar proses pendidikan ini dapat
berjalan dengan lancar serta mendapatkan hasil yang diharapkan, maka antara
peserta didik dan pendidik yang dalam hal ini adalah seorang guru, haru ada
sikap dan rasa saling percaya. Pendidik harus percaya kepada peserta didiknya,
harus bisa menjadi teladan, harus bisa member nasihat, harus sabar, dan tidak
putus asa dalam mengajar serta meyakinkan dirinya bahwa peserta didik itu
adalah tanggung jawab bagi dirinya untuk mengajari dan mendidiknya, serta
mengatakan dalam dirinya “I believe that
the most children have an ability to do a lot of learning on their own……… My job
is help them become independent learners”[9].
Untuk
dapat berjalan dengan lancar dan mempermudah pemahaman peserta didik akan
materi atau bahan ajaran yang dijelaskan oleh pendidik. Maka dibutuhkan juga
media pembantu pendidikan. Media pendidikan adalah perantara atau pengantaryang
digunakan dalam proses pembelajaran/pendidikan guna untuk mempermudah dan
mempercepat pemahaman peserta didik akan materi yang disampaikan.
Format media ini digunakan karena
seperti yang kita ketahui bahwasanya cara penangkapan dan cara belajar yang
efektif bagi setiap orang itu berbeda-beda. Ada yang lebih cepat
menangkap/faham apabila belajar dengan bantuan audio, ada yang menggunakan
visual, dan ada juga dengan kedua-duanya (audio-visual).
Adapun tujuan dari penggunaan median
ini adalah yang pertama lebih memperjelas penyajian dan yang kedua adalah untuk
mengatasi keterbatasan, baik itu keterbatasan ruang maupun waktu.
Kegiatan pendidikan dapat berupa
bimbingan, pengajaran ataupun latihan. Adapun masa pendidikan ini berlangsung
seumur hidup yang kegiatan-kegiatannya tidak berlangsung sembarangan, tetapi
pada waktu-waktu tertentu.
Tujuan merupakan komponen penting
dan sangat menentukan kelanjutan dari pendidikan, adapuntujuan pendidikan
dibagi beberapa macam yaitu:
1. Tujuan
Umum
Tujuan
umum adalah tujuan yang akan dicapai di akhir proses pendidikan, yaitu
tercapainya kedewasaan jasmani dan rohani peserta didik.
2. Tujuan
Khusus
Tujuan
khusus adalah tujuan tertentu yang hendak dicapai berdasarkan usia, sifat,
bakat dan sebagainya.
3. Tujuan
Sementara
Proses untuk mencapai tujuan umum
tidak dapat dicapai sekaligus, karenanya perlu ditempuh setingkat demi
setingkat. Tingkatan demi tingkatan diupayakan untuk mencapai tujuan akhir
itulah yang disebut tujuan sementara.
C.
Penutup
Pendidikan
adalah hidup. Selama seseorang masih hdup maka proses pendidikan dan pengajaran
terus berlangsung disetiap saat selama ada pengaruh lingkungan, itulah sebabnya
pendidikan itu dikatakan sangat penting. Karena kita tidak bisa lepas darinya
selama kita masih hidup dan berfikir.
Pendidikan
merupakan suatu proses, yakni proses pembelajaran dan pengembangan diri serta
kedewasaan. Kemudian pendidikan merupakan hubungan antar pribadi, hubungan
pribadi antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan merupakan kegiatan
manusiawi, dikatakan demikian karena pendidikan membantu orang lain untuk lebih
baik.
Tujuan
pendidikan tentu akan terwujud dengan bantuan dari berbagai unsure yang
berperan serta dalam proses pendidikan ini seperti orangtua, lingkungan
masyarakat, sekolah, guru dan sebagainya. Dan juga faktor-faktor lainnya.
D.
Daftar
Pustaka
Yunus,
Mahmud. 2008. At-tarbiyah wa at-Ta’lim. Ponorogo:
Darussalam Press
W, Cristopher . 2010. Philosophy of Education Society of
Australia. Australia: Conference presentation
Arends, Richard I. 2001. Exploring Teaching. New York:
McGraw-Hill
Larrick, Nancy. 1963. a Parents Guide to Childrens Education. New
York: a trident Press
Perry, Rosemary.
2004. eaching Practice for early
Childhood. London: Routledge
Green, John A. 1966. Fields of Teaching and Educational Services. New York: Happel and
Row Publisher
[1]
Makalah disajikan dalam mata kuliah Landasan Pendidikan, Dosen pembimbing Jejen
Musfah
[2]
Mahmud Yunus, At-tarbiyah wa at-ta’lim (Ponorogo:
Darussalam Press, 2008), hal 8-9
[3]
Cristopher W, Philosophy of Education
Society of Australia (Australia: Conference presentation, 2010), hal 1
[4]
Richard I Arends, Exploring Teaching(New
York, McGraw-Hill, 2001), Ed 2, hal 76
[5]
Nancy Larrick, a Parents Guide to Childrens Education (New
York, a trident Press, 1963), cet 2, hal 2
[6]
Rosemary Perry, eaching Practice for
early Childhood (London, Routledge, 2004), Ed 2, hal 57
[7] John
A Green, Fields of Teaching and
Educational Services (New York, Happel and Row Publisher, 1966), hal 21
[8]
Rosemary Perry, eaching Practice for
early Childhood (London, Routledge, 2004), Ed 2, hal 24
[9]
Richard I Arends, Exploring Teaching(New
York, McGraw-Hill, 2001), Ed 2, hal 50